Minggu, 18 November 2012

teori kepribadian Ivan Petrovich Pavlov, B.F. Skinner, dan Albert Ellis



B.F. Skinner
Teorinya mengemukakan tentang adanya “cara kerja yang menentukan” (operant conditioning) yang terdiri dari stimulus yang menggugah yang dapat meningkatkan proses kerja. Di samping itu, Skinner juga menjabarkan mengenai daftar penguatan, di antaranya:
·         Penguatan yang berkesinambungan
·         Daftar perbandingan yang tetap
·         Daftar internal yang tetap.
Skinner juga menjelaskan tentang shaping (pembentukan), maksudnya suatu usaha kita agar perilaku kita tidak sama dengan yang biasa dilakukan oleh orang lain dalam kehidupan sehari-hari.
Stimulan aversif adalah lawan dari stimulan penguatan, sesuatu yang tidak menyenangkan atau bahkan menyakitkan kita.
Modifikasi perilaku adalah terapi Skinner yang cara kerjanya sangat sederhana, yaitu menghentikan perilaku yang tidak diingini dan menggantinya dengan perilaku yang dihasrati dengan penguatan.

Albert Ellis
Dalam teori Ellis dikenal adanya activating experiences atau pengalaman-pengalaman pemicu, seperti kesulitan-kesulitan keluarga, kendala-kendala pekerjaan, trauma-trauma masa kecil, dan hal-hal lain yang kita anggap sebagai penyebab ketidakbahagiaan. Belief, yaitu keyakinan-kayakinan, terutama yang bersifat irasional dan merusak diri sendiri yang merupakan sumber ketidakbahagiaan kita. Consequence, yaitu konsekuensi-konsekuensi berupa gejala neurotik dan emosi-emosi negatif seperti panik, dendam dan amarah karena depresi yang bersumber dari keyakinan-kayakinan kita yang keliru. . seorang terapis harus melawan (dispute) keyakinan-keyakinan irasional agar kliennya bisa menikmati dampak-dampak (effect) psikologis positif dari keyakinan-keyakinan yang irasional.

Ada beberapa jenis “pikiran-pikiran yang keliru” yang biasanya diperapkan orang, di antaranya:
·         Mengabaikan hal-hal yang positif,
·         Terpaku pada yang negatif, dan akhirnya
·         Terlalu cepat menggeneralisasi.
Kerelaan Menerima Diri Sendiri
Ellis menegaskan bahwa betapa pentingnya  “kerelaan menerima diri sendiri” . Dia mengatakan , dalam REBT (Rational Emotive Behavioral Therapy), tidak seorang pun yang akan disalahkan, dilecehkan, apalagi dihukum atas keyakinan atau tindakan mereka yang keliru.kita harus menerima diri sebagaimana adanya, menerima sebagaimana apa yang kita capai dan hasilkan. Dia juga tidak percaya akan adanya alam bawah sadar mistis seperti yang diajarkan berbagai tradisi atau psikologi transpersonal yang dikemukakan ilmu psikologi. Dia menganggap keadaan kejiwaan semacam ini lebih bersifat tidak otentik ketimbang transenden.

Ivan Petrovich Pavlov
Pavlov adalah seorang behavioristik terkenal dengan teori pengkondisian asoaiatif stimulus-respons dan hal ini yang dikenang darinya hingga kini. Ia menemukan bahwa ia dapat menggunakan stimulus netral, seperti sebuah nada atau sinar untuk membentuk perilaku (respons). Pemberian stimulus secara terus-menerus tanpa adanya respon menyebabkan kemampuan stimulus terkondisi untuk menimbulkan respons akan hilang. Hal ini disebut dengan extinction atau penghapusan.

1.       Pembentukan kepribadian saya menurut:
a)      B.F. Skinner
Berdasarkan teori B.F. Skinner, saya dapat menyimpulkan bahwa saya termasuk kriteria orang yang  memerlukan adanya stimulan yang menggugah. Contoh konkret yang sering saya alami adalah terkadang apabila sudah lama saya tidak pulang kampung, saya merasa sangat rindu dengan keluarga. Saya ingin menceritakan segala kejadian yang telah saya alami. Dan ketika libur tiba, saya pulang ke rumah. Saya dapat bertemu kembali dengan keluarga terutama ibu. Selama saya berada di rumah, saya sering menghabiskan waktu luang untuk berbagi kisah dengan ibu dan bapak tentang kegiatan saya ketika di kampus. Tidak jarang saya menceritakan hal-hal yang membuat saya merasa malas untuk kuliah karena banyaknya tugas, dan pola makan saya menjadi tidak teratur. Setelah mendengar cerita saya, rupanya  keesokan harinya ibu membuat masakan spesial kesukaan saya dan menuruti apa pun yang saya minta. Dan ternyata perlakuan ibu dapat membangkitkan saya dari rasa bosan. Pikiran saya kembali segar dan rasa penat mulai berkurang.
 Ketika saya masih duduk di bangku SMA, nenek selalu memberikan hadiah apabila saya mendapatkan nilai yang memuaskan dan hal itu tentu membuat saya semakin semangat untuk terus meningkatkan prestasi saya. Karena hal itu sudah menjadi kebiasaan, setiap saya habis bagi raport saya selalu memperlihatkan nilai saya itu kepada nenek dengan tujuan agar diberi hadiah (penguatan yang berkesinambungan). Namun, pada suatu hari nenek saya tidak dapat memberi hadiah dengan alasan sedang  tidak punya uang. Mengetahui hal itu, saya langsung pamit pulang dengan perasaan kecewa, tapi kejadian itu tidak mengurangi keinginan saya untuk terus meningkatkan prestasi. Dengan harapan agar pada kesempatan yang akan datang nenek dapat memberi hadiah kepada saya lagi (daftar interval yang tetap).
Pembentukan (shaping). Saya adalah orang yang sangat takut bila harus berhadapan dengan jarum suntik. Awalnya ibu saya tidak mengetahui hal itu, namun setelah beliau tahu, ketika saya sakit ibu membawa saya ke puskesmas dan meminta agar dokter menyuntik saya dan ketika itu pun saya menolak dan hampir berhasil kabur, tapi tidak berhasil dan akhirnya saya tetap disuntik. Bukan hanya itu, ibu saya juga menyarankan agar saya lebih sering ikut donor darah dengan berbagai rayuan hingga saya menuruti. Namun,  pada akhirnya rasa takut saya terhadap jarum suntik mulai berkurang.
b)      Albert Ellis
Ketika saya masih duduk di  bangku SD, saya memiliki penyakit kanker di tangan. Saat ibu memeriksakan saya ke dokter, dokter memvonis bahwa saya terserang kanker ganas (activating experiences) dan jika tidak segera dioperasi kanker itu akan cepat menjalar ke bagian tubuh yang lain. Mendengar vonis dokter, saya menangis dan pikiran saya berkecamuk tidak karuan. Saya menjadi orang yang mudah putus asa, saya berfikir bahwa saya tidak mungkin bisa sembuh dan umur saya tidak akan lama lagi. Setiap kali ibu membelikan obat tradisional, saya tidak mau meminumnya karena saya yakin semua itu percuma (belief). Melihat sikap saya yang seperti itu, ibu sering menangis. Begitupun dengan saya. Di sekolah, saya jadi anak yang pemurung, mudah marah, dan mudah tersinggung. Setiap kali ada teman yang mendekat, selalu saya jauhi (consequence). Ketika itu, ibu langsung menghubungi paman. Dan keesokan harinya, saya langsung dibawa ke dokter praktik. Di sana saya langsung dioperasi. Setelah operasi, dokter memberikan saya obat dan mengatakan bahwa kanker yang saya derita adalah kanker jinak. Jadi, kemungkinan untuk tumbuh lagi sangat kecil karena dokter sudah membersihkan kanker itu sampai ke akarnya. Saya senang sekali mendengar berita itu, namun ada perasaan trauma tersendiri sampai sekarang, yaitu setiap kali saya sakit saya tidak mau dibawa ke rumah sakit. Karena saya berpikir pasti dokter akan memberi kabar tentang penyakit pasiennya dengan berlebih-lebihan dan saya sangat tidak suka itu.
c)       Menurut Pavlov
Ketika saya masih kecil, setiap pulang dari pasar, ibu terkadang membelikan saya jajanan yang paling saya sukai (stimulus yang tidak dikondisikan). Lalu dikesempatan berikutnya setiap kali ibu membeli jajanan itu, ibu selalu meletakkannya di dalam kantung plastik merah (stimulus yang dikondisikan). Sehingga setiap kali ibu pulang dari pasar, yang paling pertama saya cari adalah kantung plastik merah (respon yang terkondisi).

2.       Orang Tua
a)      Menurut teori B.F. Skinner:
Ibu saya tergolong orang yang belum terlalu pandai membaca Al-qur’an. Namun, setiap kali ayah ingin mengajari ibu selalu menolak dengan alasan yang bermacam-macam mulai dari matanya sudah rabun hingga lidahnya sudah mulai sulit melafadzkan huruf-huruf hijayah. Hal itu membuat ayah berfikir ekstra agar ibu mau belajar mengaji lagi, mulai dari menyampaikan bahwa orang yang membaca Al-qur’annya masih tertatih-tatih pahalanya akan dilipatgandakan oleh Allah asal dia mau berusaha dengan sungguh-sungguh. Selain itu, ayah juga membelikan kacamata buat ibu (stimulan yang menggugah). Mulai dari itu, ibu jadi rajin mengaji, bahkan setiap kali saya pulang ibu meminta saya untuk mengajarinya mengaji.
Kerelaan menerima diri sendiri. Ibu saya memiliki perawakan yang gemuk sejak melahirkan adik saya yang kedua. Awalnya beliau merasa tidak percaya diri jika akan bepergian atau berkumpul dengan teman sebayanya karena hampir semua pakaian yang dikenakannya sempit. Bisa dikatakan ibu saya kecewa, namun setelah beberapa waktu ibu bisa menerima kenyataan akan badannya yang gemuk.


b)      Menurut Albert Ellis:
Ayah saya tergolong orang yang memiliki tempramen keras. Beliau rela melukai, menghukum, bahkan mungkin membunuh orang-orang yang suka berbuat kerusakan dan mengganggu ketenangan di desa. Menurut beliau, orang yang hanya ingin merusak negara seperti para teroris, pengedar narkoba, dan pelaku kriminal lainnya apabila sudah berhasil ditangkap polisi sebaiknya tidak perlu disidang dan melewati proses hukum yang berbelit-belit. Melainkan orang-orang seperti itu harusnya langsung dihukum mati saja. Karena kalau terlalu lama melewati proses hukum, ujung-ujungnya akan bebas karena hukum dapat diganti dengan rupiah. Dan setelah mereka bebas, mereka pasti akan melakukan ulah yang sama (ide irasional yang menyebabkan dan memperparah neurosis).
c)       Menurut Pavlov
Ayah saya paling suka makan bakso yang biasanya dibeli ibu di warung langganan kami. Setiap kali mencium aroma itu, ayah langsung menuju ke dapur karena beliau tahu itu adalah aroma bakso kesukaannya (stimulus tidak terkondisi). Suatu hari, ketika ayah saya baru pulang dari kerja. Beliau langsung menuju dapur karena mencium aroma bakso kesukaannya. Dan ternyata, setelah sampai di dapur beliau membuka tudung saji karena mengira bakso itu sudah tersedia di situ, padahal itu bukan aroma bakso melainkan aroma sayur sop buatan ibu yang memang sengaja dibuat mirip dengan aroma bakso.

3.       Saudara
a)      Menurut B.F. Skinner
Adik saya adalah anak yang malas jika disuruh belajar, nilai raportnya selalu pas-pasan. Ketika SD, dia juga paling tidak suka bermain bola atau permainan lainnya yang seharusnya digemari seperti anak laki pada umumnya. Mungkin hal ini disebabkan karena guru atau lingkungan yang kurang memberinya motivasi. Namun, setelah dia duduk di bangku SMP, dia menjadi anak yang aktif dalam ekstrakurikuler. Dia sering dipilih oleh guru ekstranya untuk mengikuti lomba antar sekolah seperti sepak bola, basket, dan voli. Sejak saat itulah, dia mulai mengutarakan bahwa ia ingin menjadi seorang atletik (stimulan yang menggugah).


b)      Albert Ellis
Kerelaan menerima diri sendiri. Di antara saya dan kedua adik saya, Amin adalah anak yang tergolong paling hitam dan kurus. Kami terkadang kalau sedang gemes sering memanggilnya dengan sebutan “cungkring” atau “si hitam”. Tak jarang dia marah jika kami menyebutnya seperti itu. Namun, ibu juga memarahi saya jika saya memanggilnya  dengan sebutan itu. Setelah itu, ibu memuji dan merayu adik saya dengan kata-kata yang menurut saya terlalu berlebihan seperti “biarin aja ya le dibilang hitam, yang pentingkan sehat. Tole ganteng kok.” Atau sering juga ibu memberi pantun “hitam-hitam kereta api. Biar hitam, banyak yang ngantri.” Karena ibu keseringan memuji dia, lambat laun dia menjadi anak yang percaya diri. Baginya warna kulit yang hitam tidak perlu dijadikan alasan buat minder, karena itu sudah pemberian dari Allah dan dia harus mensyukurinya.
c)       Menurut Pavlov
Saya mempunyai adik yang masih berusia tujuh tahun. Suatu hari ketika saya pulang kampung, saya membelikannya apel (stimulus yang tidak terkondisi) dan rupanya dia sangat menyukai apel tersebut. Kemudian dia berpesan kepada saya supaya setiap kali pulang membelikannya apel. Beberapa kali pulang kampung saya selalu membelikan dia apel, namun, suatu hari saya pulang. Adik sudah menyambut saya di depan pintu. Mungkin dia mengira saya akan membelikannya apel, padahal ketika itu saya tidak membawa. Dua minggu kemudian saya pulang, dia tidak lagi menyambut kedatangan saya.

4.       Teman
a)      Menurut B.F.Skinner
Ketika SMA saya mempinyai teman perempuan. Dia tergolong anak yang cerewet dan suka ribut di kelas. Ketika guru sedang memberikan materi, dia sering ribut bahkan mengganggu temannya yang sedang serius belajar. Suatu hari, guru memberi kami tugas kelompok. Setiap kelompok berisi 5 hingga 6 anggota. Kami sudah berpasang-pasangan dengan kelompok masing-masing dan hanya dia yang belum mendapatkan kelompok. Setiap kelompok yang ingin dia masuki selalu menolaknya karena tidak suka dengan kelakuannya. Dia pun mengadu kepada guru bahwa tidak ada teman yang mau berkelompok dengannya, karena kami tidak ingin melihat guru marah, akhirnya dia dimasukkan dengan kelompok yang isinya anak laki semua.  Dan kebetulan kelompoknya termasuk anak yang malas-malas sehingga mau tidak mau dia dituntut untuk fokus mengerjakan tugas. Karena kalau tidak, dia tidak dicantumkan dalam kelompok tersebut. Rupanya hal itu membuatnya jera, diwaktu-waktu berikutnya dia tidak terlalu ribut seperti sebelumnya karena mungkin dia takut tidak ada teman yang mau menerima dia jika ada tugas kelompok. Meskipun terkadang dia masih sering berbuat jahil ketika guru menyampaikan materi (stimulan aversif).
b)      Menurut Albert Ellis
Ada seorang teman saya ketika di SMA yang orangnya tidak percaya diri. Setiap kali guru memberi tugas pribadi, dia sering mencontek hasil teman. Apalagi kalau tugas fisika dan kimia. Padahal sebenarnya dia bisa mengerjakan, namun dia lebih yakin dengan jawaban teman. Pernah suatu hari ada kuis dadakan fisika, dia bisa mengerjakan soal itu, tapi tidak tahu kenapa tiba-tiba jawabannya dihapus dan diganti dengan jawaban temannya, dan setelah dikoreksi ternyata jawaban yang tadi dia hapus justru itu yang benar (ide irasional yang menyebabkan dan memperparah neurosis). Melihat kenyataan itu dia menjadi sangat kecewa. Kemudian di lain waktu, perlahan dia mulai mengurangi untuk mencontek dan berusaha yakin dengan jawaban sendiri.
c)       Menurut Pavlov
Teman saya ketika di SMP, dia sudah mempunyai pacar. Dan pacarnya setiap berangkat ke sekolah  selalu memakai motor juiter yang berwarna biru(stimulus tidak terkondisi) dengan suara motornya yang khas karena knalpotnya yang sudah dimodifikasi. Setiap kali terlihat ada motor jupiter warna biru dengan suaranya yang khas (stimulus yang terkondisi), teman saya langsung keluar kelas karena dia tahu itu pacarnya. Dan suatu hari dia merasa tertipu karena ada salah satu teman yang suara motornya mirip dengan motor pacarnya. Dia mengira bahwa itu motor pacarnya.              

Tidak ada komentar:

Posting Komentar