Minggu, 18 November 2012

Psikologi Sosial dalam Pelaksanaan Pelayanan Konselor Profesional



Psikologi Sosial dalam Pelaksanaan Pelayanan Konselor Profesional

A.Pengertian Psikologi Sosial
Psikologi sosial merupakan perkembangan ilmu pengetahuan yang baru dan merupakan cabang dari ilmu pengetahuan psikologi pada umumnya. Ilmu tersebut menguraikan tentang kegiatan- kegiatan manusia dalam hubungannya dengan situasi – situasi sosial. Dari berbagai pendapat tokoh -tokoh tentang pengertian psikologi sosial dapat disimpulkan bahwa psikologi sosial adalah suatu studi ilmiah tentang pengalaman dan tingkah laku individu-individu dalam hubungannya dengan situasi sosial. Sedangkan latar belakang timbulnya psikologi sosial, banyak beberapa tokoh berpendapat, semisal, Gabriel Tarde mengatakan, pokok – pokok teori psikologi sosial berpangkal pada proses imitasi sebagai dasar dari pada interaksi sosial antar manusia. Beda lagi dengan Gustave Le Bon, bahwa pada manusia terdapat dua macam jiwa yaitu jiwa individu dan jiwa massa yang masing-masing berlaianan sifatnya.
Jiwa massa lebih bersifat primitif ( buas, irasional, dan penuh sentimen ) dari pada sifat-sifat jiwa individu. Berlaianan dengan Le Bon, Sigmund Freud berpendapat bahwa jiwa massa itu sebenarnya sudah terdapat dan tercakup oleh jiwa individu, hanya saja sering tidak disadari oleh manusia itu sendiri karena memang dalam keadaan terpendam. Dan masih banyak lagi tokoh-tokoh yang berpendapat dalam buku yang mempunyai pengaruh terhadap perkembangan psikologi sosial.
Pada tahun 1950 dan 1960 psikologi sosial tumbuh secara aktif dan program gelar dalam psikologi dimulai disebagaian besar universitas. Dasar mempelajari psikologi sosial berdasarkan potensi – potensi manusia, dimana potensi ini mengalami proses perkembangan setelah individu itu hidup dalam lingkungan masyarakat. Potensi – potensi tersebut antara lain:
1.       Kemampuan menggunakan bahasa
2.       Adanya sikap etik
3.       Hidup dalam 3 dimensi ( dulu, sekarang, akan datang )
Ketiga pokok di atas biasa disebut sebagai syarat human minimum. Dengan demikian, yang tidak memenuhi human minimum dengan sendirinya sukar digolongkan sebagai masyarakat. Obyek manusia mempelajari psikologi sosial adalah kegiatan – kegiatan sosial / gejala – gejala sosial. Sedangkan metode sosial antara lain :
a.       Metode Eksperimen
b.       Metode survey
c.       Metode Observasi
d.       Metode diagnostik – psychis
e.       Metode Sosiometri
Sebagai ilmu yang obyeknya manusia, maka terdapat saling hubungan antara psikologi sosial dengan ilmu – ilmu lain yang obyeknya juga manusia seperti misalnya : Ilmu hukum, Ekonomi, sejarah, dan yang paling erat hubungannya adalah sosiologi. Letak psikologi sosial dalam sistematik psikologi termasuk dalam psikologi yang bersifat empirik dan tergolong psikologi khusus yaitu psikologi yang menyelidiki dan yang mempelajari segi – segi kekhususan dari hal – hal yang bersifat umum dipelajari dalam lapangan psikologi khusus. Sedangkan kedudukan psiklogi sosial didalam lapangan psikologi termasuk dalam psikologi teoritis, sedangkan psikologi sosial tergolong dalam psikologi teoritis.
Mengenai psikologi sosial terdapat pertentangan faham diantara beberapa tokoh ilmu jiwa sosial yang dalam garis besarnya dapat dikelompokan menjadi dua aliran yakni, aliran subyektifisme yang menyatakan bahwa individulah yang membentuk masyrakat dalam segala tingkah lakunya. Dan aliran kedua adalah, obyektivisme yang merupkan kebalikan dari aliran subyektivisme, bahwa masyarakatlah yang menentukan individu. Selain dua aliran di atas, masih ada aliran yang membicarakan masalah hubungan antara individu dengan masyarakat diantaranya adalah aliran historis dan cultural personality.
Sebagian besar ahli psikologi sosial mendapatkan pelatihan dalam bidang psikologi. Pendekatan mereka terhadap bidang tersebut berfokus pada individu dan mencoba untuk menjelaskan bagaimana pikiran, perasaan, dan perilaku individu dipengaruhi oleh orang lain. Para periset yang berorientasi psikologi menekankan situasi sosial yang baru terjadi dan interaksi sosial antara seseorang dan variabel situasi. Riset mereka cenderung empiris dan kuantitatif, dan sering kali dipusatkan dalam eksperimen laboratorium, namun ada juga upaya pemodelan komputasional dalam bidang tersebut.
Para ahli psikologi yang mempelajari psikologi sosial tertarik dengan topik seperti perilaku, kognisi sosial, disonansi kognitif, pengaruh sosial, dan perilaku interpersonal seperti altruisme dan agresi. Tiga jurnal yang berpengaruh untuk memublikasikan riset dalam bidang ini adalah Journal of Personality and Social Psychology, the Journal of Experimental Social Psychology, and the Personality and Social Psychology Bulletin Ada juga beberapa jurnal psikologi sosial yang umum dan terspesialisasi.
Psikologi sosial merupakan salah satu cabang dari ilmu psikologi yang mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan sosialnya. Ada dua ahli psikologi yang berpendapat tentang latar belakang psikologi sosial, Gabriel Tarde mengatakan, pokok-pokok teori psikologi sosial berpangkal pada proses imitasi sebagai dasar dari pada interaksi sosial antar manusia.
Beda lagi dengan Gustave Le Bon, bahwa pada manusia terdapat dua macam jiwa yaitu jiwa individu dan jiwa massa yang masing-masing berlaianan sifatnya. Le Bon, Sigmund Freud berpendapat bahwa jiwa massa itu sebenarnya sudah terdapat dan tercakup oleh jiwa individu, hanya saja sering tidak disadari oleh manusia itu sendiri karena memang dalam keadaan terpendam.
Dasar mempelajari psikologi sosial berdasarkan potensi-potensi manusia, potensi ini mengalami proses perkembangan setelah individu itu hidup dalam lingkungan masyrakata. Potensi-potensi tersebut meliputi kemampuan menggunakan bahasa, adanya sikap etik, hidup dalam tiga dimensi (dulu, sekarang, akan dating). Psikologi sosial adalah suatu studi tentang hubungan antara manusia dan kelompok. Para ahli dalam bidang interdisipliner ini pada umumnya adalah para ahli psikologi atau sosiologi, walaupun semua ahli psikologi sosial menggunakan baik individu maupun kelompok sebagai unit analisis mereka.
Psikologi sosial sempat dianggap tidak memiliki peranan penting, tapi kini hal itu mulai berubah. Dalam psikologi modern, psikologi sosial mendapat posisi yang penting. psikologi sosial telah memberikan pencerahan bagaimana pikiran manusia berfungsi dan memperkaya jiwa dari masyarakat kita. Melalui berbagai penelitian laboratorium dan lapangan yang dilakukan secara sistematis, para psikolog sosial telah menunjukkan bahwa untuk dapat memahami perilaku manusia, kita harus mengenali bagaimana peranan situasi, permasalahan, dan budaya.
Walaupun terdapat banyak kesamaan, para ahli riset dalam bidang psikologi dan sosiologi cenderung memiliki perbedaan dalam hal tujuan, pendekatan, metode dan terminologi mereka. Mereka juga lebih menyukai jurnal akademik dan masyarakat profesional yang berbeda. Periode kolaborasi yang paling utama antara para ahli sosiologi dan psikologi berlangsung pada tahun-tahun tak lama setelah Perang Dunia II. Walaupun ada peningkatan dalam hal isolasi dan spesialisasi dalam beberapa tahun terakhir, hingga tingkat tertentu masih terdapat tumpang tindih dan pengaruh di antara kedua disiplin ilmu tersebut.






B. Tugas-Tugas Konselor di Sekolah :
A.     Menguasai pelayanan spektrum pada umumnya, khususnya pelayanan profesional konseling.
1.       Konselor sekolah melayani spektrum pelayanan pada umumnya yaitu pelayanan dasar, pelayanan pengembangan, dan pelayanan teraupetik.
a)      Pelayanan dasar dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik yang paling elelmenter, yaitu kebutuhan hubungan sosio-emosional. Orang tua dan orang-orang yang dekat memiliki peranan paling dominan dalam pemenuhan kebutuhan dasar peserta didik.
b)      Pelayanan pengembangan dimaksudkan mengembangkan potensi peserta didik sesuai tahap-tahap dan tugas-tugas perkembangannya.
c)      Pelayanan teraupetik dimaksudkan untuk menangani permasalahan yang diakibatkan oleh gangguan terhadap pelayanan dasar dan pelayanan pengembangan.
2.       Konselor sekolah menguasai spektrum pelayanan profesional konseling, meliputi :
a)      Wawasan keilmuan, keterampilan keahlian, kode etik, dan organisasi profesi konseling.
b)      Paradigma, visi dan misi pelayanan konseling.
c)      Bidang pelayanan konseling.
d)      Fungsi, prinsip, dan asas konseling.
e)      9 jenis layanan, 6 kegiatan pendukung, dan 5 format pelayanan konseling.
f)       Operasionalisasi kegiatan konseling terhadap berbagai sasaran pelayanan.
B.     Merumuskan dan menjelaskan peran profesional konselor sekolah kepada pihak-pihak terkait, terutama peserta didik, pimpinan sekolah/madrasah, sejawat pendidik dan orang tua.
1.       Konselor sekolah merumuskan secara konkrit dan jelas, tugas dan kewajiban profesional dalam pelayanan konseling yang meliputi :
a)      Struktur pelayanan konseling
b)      Program pelayanan konseling
c)      Pengelolaan program pelayanan konseling
d)      Evaluasi hasil dan proses pelayanan konseling
e)      Tugas dan kewajiban pokok konselor
2.       Konselor sekolah menjelaskan hal-hal yang tersebut di atas kepada peserta didik, pimpinan sekolah, dan sejawat pendidik di sekolah/madrasah, dan orang tua secara profesional dan proposional.
C.     Melaksanakan tugas pelayanan profesional konseling yang setiap kali dipertanggungjawabkan kepada pemangku kepentingan, terutama pimpinan sekolah/madrasah, orang tua, dan peserta didik.
1.       Unsur-unsur pokok dalam tugas pelayanan konseling di sekolah/madrasah :
a.       Jumlah peserta didik yang diasuh seorang konselor sekolah 150 orang. Konselor sekolahwajib memberikan pelayanan konseling kepada seluruh peserta  didik yang diasuhnya sesuai kebutuhan dan masalah masing-masing.
b.       Program tahunan (prota), semesteran (prosem), bulanan (probul), mingguan (proming), dan kegiatan harian pelayanan konseling. Proram-program ini disusun secara proporsional dan berkesinambungan antarkelas dan antarjenjang kelas di sekolah/madrasah.
c.       Satuan layanan (satlan), satuan pendukung (satkung), dan laporan pelaksanaan program (lapelprog). Seluruh program kegiatan direncanakan, dilaksanakan, dan dilaporkan secara tertulis dan didokumentasikan.
d.       Pelayan terhadap masing-masing peserta didik yang diasuh sebanyak minimal 10 kali kegiatan pelayanan konseling setiap semester. Konselor sekolah melayani seluruh peserta didik tanpa terkecuali.
e.       Jumlah jam pembelajaran wajib pelayanan konseling seminggu ekuivalen dengan jam pembelajaran wajib guru. Jumlah jam pembelajaran wajibini dihitung per bulan dengan menggunakan format perhitungan jam kegiatan pelayanan konseling di sekolah.
2.       Tugas yang mengandung unsur-unsur pokoksebagaimana tersebut di atas merupakan “perjanjian kerja” yang wajib dilaksanakan oleh konselor sekolah dan secara berkala dipertanggung jawabkan kepada pimpinan sekolah.
Psikologi sosial sangatlah berperan penting bagi seorang konselor. Banyak teori psikologi sosial yang juga diterapkan oleh konselor, seperti bagaimana kita dapat membedakan antara perilaku individu dengan perilaku masa yang tentunya hal tersebut sangat membantu seorang konselor tentang bagaimana memberikan pelayanan dalam situasi yang berbeda. Selain itu, metode penelitian dalam psikologi sosial juga dapat digunakan bagi seorang konselor dalam mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan peserta didik. Misalnya untuk mengetahui bagaimana hubungan antara siswa satu dengan siswa yang lain di dalam kelas, seorang konselor dapat menggunakan metode sosiometri. Di dalam psikologi sosial juga membahas teori tentang kelainan psikologis yang dapat dijadikan sebagai salah satu acuan bagi konselor dalam melayani kliennya.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar