TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER
PSIKOLOGI BELAJAR
Oleh:
EFRILIYA
NINGSIH (1013052022)

PENDIDIKAN
BIMBINGAN KONSELING
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
1.
Klasifikasikan teori-teori
belajar yang sudah Anda pelajari berdasarkan alirannya masing-masing!
Teori belajar
behaviorisme:
a)
Edward Lee Thorndike
b)
Ivan Petrovich Pavlov
c)
B.F. Skinner
d)
Albert Bandura
e)
Edwin Ray Guthrie
Teori belajar kognitif:
a)
Jean Piaget
b)
Gestalt
2. Uraikan perbedaan teori belajar berdasarkan
aliran-aliran yang telah Anda sebutkan pada soal nomor satu!
1) Teori
belajar behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah satu
pendekatan untuk memahami perilaku individu. Behaviorisme memandang individu
hanya dari sisi jasmaniah dan mengabaikan aspek-aspek mental. Behaviorisme
tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat, dan perasaan individu dalam
suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks sedemikian rupa
sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Teori kaum behavioris lebih
dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil
belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh
lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau
jelek, rasional atau emosional, behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana
perilakunya dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan. Dalam arti, teori
belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu
sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan
pemeliharaan akan mempengaruhi perilaku mereka. Dari hal ini, timbullah konsep
“manusia mesin” (Homo Mechanicus). Ciri dari teori ini adalah:
a. Mementingkan faktor
lingkungan
b. Menekankan pada faktor bagian
c. Menekankan pada tingkah laku
yang nampak dengan mempergunakan metode obyektif
d. Bersifat mekanisme
e. Mementingkan masa lalu
f.
Mementingkan pembentukan reaksi atau respon
g. Mengutamakan unsur-unsur dan
bagian kecil
h. Menekankan pentingnya latihan
i.
Mementingkan mekanisme hasil hasil belajar
j.
Mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang
diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
Pada teori ini sering disebut
S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran
atau reward dan penguatan atau reinfercement dari lingkungan. Dengan demikian,
dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi
behavioral dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpendapat
bahwa tingkah laku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku
adalah hasil belajar.
2) Teori belajar kognitif
Tidak seperti
halnya belajar menurut perspektif behavioris di mana perilaku manusia tunduk
pada peneguhan dan hukuman, pada perspektif kognitif ternyata ditemui tiap
individu justru merencanakan respon perilakunya, menggunakan berbagai cara yang
bisa membantu dia mengingat serta mengelola pengetahuan secara unik dan lebih
berarti. Teori belajar yang berasal dari aliran psikologi kognitif ini menelaah
bagaimana orang berpikir, mempelajari konsep, dan menyelesaikan masalah. Hal
yang menjadi pembahasan sehubungan dengan teori ini adalah tentang jenis
pengetahuan dan memori
Jenis pengetahuan
Menurut pendekatan kognitif
yang mutakhir, elemen terpenting dalam proses belajar adalah pengetahuan yang
dimiliki oleh tiap individu dalam situasi belajar. Dengan kata lain, apa yang
telah kita ketahui akan sangat menentukan apa yang akan menjadi perhatian,
dipersepsi, dipelajari, diingat ataupaun dilupakan. Pengetahuan bukan hanya
hasil dari proses belajar sebelumnya, tetapi juga membimbing proses belajar
berikutnya. Pengetahuan dasar yang luas ternyata lebih penting dibandingkan
strategi belajar yang tersedia yang terbaik sekalipun. Terlebih bila
pengetahuan dan wawasan yang luas ini disertai dengan strategi yang baik tentu
akan membawa hasil yang lebih baik. Perspektif kognitif membagi pengetahuan
menjadi tiga bagian, yaitu:
· Pengetahuan deklaratif, yaitu
pengetahuan yang bisa dideklarasikan biasanya dalam bentuk kata atau singkatnya
pengetahuan konseptual.
· Pengetahuan prosedural, yaitu
pengetahuan tentang tahapan yang harus dilakukan, misalnya dalam hal pembagian
satu bilangan ataupun cara kita mengemudikan sepeda, singkatnya pengetahuan
bagaimana.
· Pengetahuan kondisional,
adalah pengetahuan dalam hal “kapan dan mengapa” pengetahuan deklaratif dan
prosedural digunakan.
Pengetahuan deklaratif rentangnya
sangat beragam, bisa berupa pengetahuan tentang fakta (misalnya, bumi berputar
mengelilingi matahari dalam kurun waktu tertentu), generalisasi (setiap benda
yang dilempar ke angkasa akan jatuh ke bumi karena adanya gaya gravitasi),
pengalaman pribadi (apa yang diajarkan guru sains secara menyenangkan) atau
aturan (untuk melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan pada pecahan, maka
pembilang harus disamakan terlebih dahulu). Menyatakan proses penjumlahan atau
pengurangan pada bilangan pecahan menunjukkan pengetahuan deklaratif, namun
bila siswa mampu mengerjakan perhitungan tersebut, maka dia sudah memiliki
pengetahuan prosedural. Guru dan siswa yang mampu menyelesaikan soal melalui
rumus tertentu atau menerjemahkan teks bahasa Inggris adalah contoh kemampuan
pengetahuan prosedural lainnya. Seperti halnya siswa yang mampu berenang dalam
satu gaya tertentu, berarti dia sudah menguasai pengetahuan prosedural hal
tersebut. Dengan kata lain, penguasaan pengetahuan ini juga dicirikan oleh
praktek yang dilakukan. Sedangkan pengetahuan kondisional adalah kemampuan
untuk dapat mengaplikasikan kedua jenis pengetahuan di atas. Pengetahuan
kondisional merupakan hal yang penting dimiliki siswa, karena menentukan
penggunaan konsep dan prosedur yang tepat. Terkadang siswa mengetahui fakta dan
dapat melakukan satu prosedur pemecahan masalah tertentu, namun sayangnya mengaplikasikannya
pada waktu dan tempat yang kurang tepat. Ada hal penting untuk
mengidentifikasikan jenis pengetahuan bagi guru ketika mengajar. Mempelajari
informasi tentang pokok bahasan tertentu tidak selalu menyebabkan siswa akan
menggunakan informasi tersebut. Tidak juga latihan menyelesaikan banyak
topikbahasan tertentu, akan membantu mereka memahami satu prinsip lebih
mendalam. Mengetahui suatu topik, mengetahui prosedural penyelesaian masalah,
serta tahu kapan dan mengapa menggunakan pengetahuan tersebut adalah hasil
belajar yang berbeda-beda, dan tentu saja ini perlu diajarkan dengan cara yang
berbeda pula.
Model
pengolahan informasi
Untuk menggunakan tiga jenis
pengetahuan di atas, tentunya kita harus dapat mengingat dengan baik. Hal
berikutnya teori belajar yang dibahasdalam perspektif kognitf ini adalah
tentang bagaimana individu mengingat dan bagian apa saja dari memori yang
bekerja dalam proses berpikir seperti pada pemecahan masalah. Model pengolahan
informasi merupakan salah satu model dari perspektif teori belajar ini yang
menjelaskan kerja memori manusia sesuai dengan analogi komputer, yang meluputa
tiga macam sistem penyimpanan ingatan: memori sensori, memori kerja, dan memori
jangka panjang.
·
Memori sensori adalah sistem mengingat stimuli secara cepat
sehingga analisis persepsi dapat terjadi.
·
Memori kerja atau memori jangka pendek, menyimpan lima sampai
sembilan informasi pada satu waktu sampai sekitar 20 detik, yang cukup lama
untuk pengolahan informasi terjadi. Informasi yang dikodekan serta persepsi
tiap individu akan menentukan apa yang perlu disimpan di memori kerja ini.
·
Memori jangka panjang, menyimpan informasi yang sangat besar
dalam waktu yang lama. Infermasi di dalamnya disimpan dalam bentuk secara
verbal dan visual. Terdapat tiga jenis memori jangka panjang, yaitu: episodik,
prosedural, dan semantik. Episodik adalah jenis memori yang berhubungan dengan
informasi pada waktu dan tempat tertentu, khususnya ingatan yang bersifat
pribadi. Memori jenis ini bersifat teratur. Memori yang berhubungan dengan
bagaimana melakukan sesuatu disebut memori prosedural. Sedangkan memori semantik adalah memori untuk
pemahaman, yaitu memori untuk konsep, prinsip dan hubungannya. Dua hal yang
disimpan dalam memori semantik disebut dengan imaji dan skema. Imaji adalah
representasi yang didasarkan pada persepsi visual terhadap struktur
informasi. Sedangkan skema adalahstruktur
pengetahuan abstrak yang mengatur sejumlah besar informasi. Skema adalah pola
atau panduan untuk memahami kejadian, konsep atau keterampilan.
3. Jelaskan hal-hal di bawah ini!
A. Guru sebagai
pribadi kunci
Secara
keseluruhan guru adalah figure yang menarik perhatian semua orang, baik dalam
keluaga, dalam masyarakat, atau di sekolah. Tidak ada seorang pun yang tidak
mengenal figure guru. Hal ini karena guru itu bermacam-macam. Masyarakat
melihat guru sebagai figure yang kharismatik, kemuliaan seorang guru tercermin
dari kepribadian sebagai manifestasi dari sikap dan perilaku dari kehidupan
sehari-hari. Oleh karena itu, sedikit cela dan nista dari pribadi guru, maka
masyarakat akan mencaci habis-habisan dan hilanglah wibawa itu.
Di sekolah,
figure guru merupakan pribadi kunci. Gurulah panutan utama bagi anak didik.
Semua sikap dan perilaku guru akan dilihat, didengar, dan ditiru oleh anak
didik. Sebagai pribadi yang selalu digugu dan ditiru, tidaklah berlebihan bila
anak didik selalu mengharapkan figure guru yang senantiasa memperhatikan kepentingan
mereka. Figure guru yang selalu memperhatikan kepentingan anak didik biasanya
mendapatkan ekstra perhatian dari anak didik. Anak didik senang dengan sikap
dan perilaku yang baik dan diperlihatkan oleh guru. Seperti dikutip oleh
Syaiful Bahri Djamarah (1994: 61), Frend W, Hart telah melakukan penelitian
terhadap 3,725 orang anak didik HIG HTS School di Amerika Serikat. Dari hasil
penelitian itu, dia menyimpulkan dengan mengemukakan 10 sikap yang baik dan
disenangi anak didik sebagai berikut:
1) Sikap menolong pekerjaan sekolah dan
menerangkan pelajaran dengan jelas dan mendalam serta menggunakan contoh-contoh
yang baik dalam mengajar
2) Periang dan gembira
3) Bersikap bersahabat, merasa sebagai anggota
dalam kelompok kelas
4) Menaruh perhatian dan
memahami anak didiknya
5) Berusaha agar pekerjaan
menarik
6) Tegas, sanggup menguasai
kelas dan dapat membangkitkan rasa hormat
7) Tidak ada yang lebih
disenangi, tidak pilih kasih
8) Tidak suka mengomel, mencela,
dan sarkastis
9) Anak didik benar-benar
merasakan bahwa ia mendapatkan sesuatu dari guru
10) Mempunyai pribadi yang dapat
diambil contoh dari pihak anak didik dan masyarakat lingkungannya.
B. Guru sebagai pengajar dan pendidik
Guru adalah salah satu unsur manusia
dalam proses pendidikan. Unsur manusiawi lainnya adalah anak didik. Guru dan
anak didik berada dalam suatu relasi kejiwaan, keduanya berada dalam proses
interaksi edukatif dengan tugas dan peranan yang berbeda. Guru yang mengajar
dan mendidik dan anak didik yang belajar dengan menerima bahan pelajaran dari
guru di kelas. Oleh karena itu, walaupun mereka berlainan secara fisik dan
mental, tetapi mereka tetap seiring dan setujuan untuk mencapai kebaikan
akhlak, kebaikan moral, kebaikan hukum, kebaikan sosial dan sebagainya. Semua
norma tersebut tidak akan pernah dimiliki oleh anak didik bila guru tidak
mentrasformasikannya dengan kegiatan belajar mengajar.
Mengajar adalah tugas guru untuk
menuangkan sejumlah bahan pelajaran ke dalam otak anak didik. Guru yang
mengajar dan anak didik yang belajar, karenanya Witherington (1986: 1135)
mengatakan bahwa mengajar adalah trasfer of knowledge kepada anak didik.
Mengajar selalu berlangsung dalam suatu kondisi yang disengaja untuk diciptakan
untuk mengantarkan anak didik ke arah kemajuan dan kebaikan.
Guru adalah spiritual father bagi anak
didik. Kemuliaan guru akan tercermin dalam kebaikan perilaku anak didik.
Sekolah sebagai panti rehabilitasi anak merupakan laboratorium keilmuan bagi
guru dalam mengajar dan membelajarkan anak didik dalam perspektif keilmuan. Di
tempat ini, anak didik belajar bebas terpimpin, aktif kreatif, dan mandiri di
bawah bimbingan dan pengawasan yang mulia dari guru.
C.
Prinsip-prinsip mengajar sebagai pijakan guru, yaitu:
- asas perhatian, yaitu asas membangkitkan perhatian
murid-murid.
- asas aktivitas, yaitu asas mengaktifkan jasmani dan
mental murid-murid.
- asas apersepsi, yaitu asas menghubungkan dengan apa
yang telah dikenal anak.
- asas peragaan, yaitu asas memperagakan pengajaran.
- asas ulangan, yaitu mengadakan ulangan-ulangan yang
teratur.
- asas korelasi, yaitu mengadakan hubungan dengan
pelajaran lainnya.
- asas konsentrasi, yaitu asas pemusatan pada pokok
masalah.
- asas individualisasi, yaitu asas penyesuaian pada
sifat dan bakat masing-masing anak.
- asas sosialisasi, yaitu menciptakan atau menyesuiakan
dengan lingkungan.
- asas evaluasi, yaitu mengadakan penilaian yang tepat
dan teliti.
4. Uraikan teori belajar menurut Robert Gagne
Asumsi yang mendasari
teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam
perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut
Gagne, dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian
diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam
pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal
dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam
diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif
yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari
lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Menurut Gagne tahapan proses
pembelajaran meliputi delapan fase, yaitu:
1) Motivasi
2) Pemahaman
3) Pemerolehan
4) Penyimpanan
5) Ingatan kembali
6) Generalisasi
7) Perlakuan, dan
8) Umpan balik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar